widgets

Sabtu, 07 Februari 2015

Identitas dan konteks sosial

o   Pengaruh keluarga terhadap identitas
Orang tua adalah tokoh yang berpengaruh dalam proses pencarian identitas pada remaja. Dalam pembelajaran-pembelajaran yang mengaitkan perkembangan identitas dengan gaya pengasuhan, ditemukan bahwa orang tua yang demokratis yang mendorong remaja untuk perpartisipasi dalam pengambilan keputusan akan mengembangkan identity achievement. Sebaliknya, orang tua otokratis, yang mengontrol perilaku remaja dan tidak memberikan peluang kepada mereka untuk mengekspresikan pendapat, akan mengembangkan identity diffusion. Disamping gaya pengasuhan, para peneliti mengkaji peran individualistis dan keterjalinan dalam perkembangan identitas. Catherine Cooper dan rekan-rekannya berpendapat bahwa atmosfir keluuarga yang mendukung individualitas dan keterjalinan merupakan hal yang penting bagi perkembangan identitas remaja. Cooper dan rekan-rekannya mendefinisikan istialh-istilah ini sebagai berikut:
a.       Individualitas (individuality)
Terdiri dari dua dimensi: pernyataan diri, atau kemampuan iuntuk memiliki mengomunikasi sudut pandangnhya; dan keterpisahan atau penggunaan pola komunikasi untuk mengekspresikan perbedaan seseorang yang lain.
b.      Keterjalinan (connectedness)
Terdiri dari dua dimensi: muatualitas, yang mencakup sensivitas dan penghargaan terhadap pandangan orang lain, serta permeabilitas, yang mencakup keterbukaan terhadap pandangan orang lain.
o   Identitas budaya dan Etnis
Menurut erikson, di berbagai penjuru dunia, kelompok etnis minoritas harus berjuang dalam mempertahankan identitas budaya dan sambil mencoba membaur dengan budaya yang dominan. Menurut Erikson, perjuangan untuk mencapai identitas etnik terdiri di dalam budaya yang lebih besar ini telah menjadi daya pendorong bagi perkembangannya gereja, kerajaan, dan revolusi di sepanjang sejarah.
            Bagi individu-individu yang bersal dari minoritas etnis, masa remaja sering kali merupakan suatu masa yang khusus dalam perkembangan mereka. Meskipun anak-anak menyadari beberapa perbedaan etnis dan budaya, secara sadar individu-individu menghadapi etnisitas mereka untuk pertama kalinya di masa remaja. Tidak seperti anak-anak, remaja memiliki kemampuan untuk mengintepretasikan informasi etnis dan budaya,untuk merefleksikam masa lalu, dan untuk berspekulasi mengenai masa depan.

remaja baik

GAGASAN ERIKSON MENGENAI IDENTITAS
            Pandangan Erikson mengenai identitas versus kebingungan identitas (identity versus  confusion), tahap kelima menurut Erikson, berlangsung selama masa remaja. Dimasa ini, remaja harus memutuskan siapakah mereka itu, apa keunikannya, dan apa yang menjadi tujuan hidupnya. Mereka dihadapkan pada berbagai peran pekerjaan hingga peran dalam relasi romantic. 
Sebagai bagian dari eksplorasi identitasnya, remaja mengalami psychosocial moratorium, istilah yang digunakan Erikson merujuk pada kesenjangan pada kesenjangan antara rasa aman masa anak-anak dengan otonomi di masa dewasa. Dalam proses mengeksplorasi dan mencari identitas budayanya, mereka sering kali bereksperimen dengan berbagai peran. Anak muda yang berhasil mengatasi peran-peran yang saling berkonflik satu sama lain ini beridentifikasi dengan sebuah penghayatan mengenei diri yang baru, yang menyegarkan dan dapat diterima. Menurut Erikson, remaja yang tidak berhasil mengatasi krisis identitas akan menderita kebingungan identitas (identity confusion). Mereka ini dapat menarik dir, mengisolasi diro dari kawan-kawan dan keluarga, atau membenamkan dirinya dalam dunia kawan-kawan dan kehilangan identitasnya sendri dalam kerumunan itu.
Daftar Pustaka :
Santrock, John W. 2007. Remaja Edisi Kesebelas. Jakarta : Penerbit Erlangga